Ini kisah nyata seorang wanita muda dan cantik. Karin (22) adalah klien dari rekan saya, Rita, yang berprofesi sebagai Lawyer di sebuah Kantor Advokat di Jakarta.
Karin menunjuk kantor Rita sebagai kuasa hukumnya dalam mengurus gugatan cerainya terhadap suaminya di Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Awalnya Rita menerima baik permintaan Karin tersebut. Mereka sering melakukan pertemuan dalam membahas kasus Karin.
Rita merasa perlu memperoleh data dan fakta alasan Karin mengajukan gugatan cerai terhadap suaminya, Dony. Karin menceritakan alasan ia meninggalkan Dony karena Dony dianggap tak mampu menafkahi Karin secara materi.
Karin dan Dony menikah muda saat mereka masih duduk di bangku SMA. Pergaulan bebas itu menyebabkan Karin hamil. Karin sempat vacum dari sekolahnya hingga melahirkan. Setelah bayinya berumur 1 tahun, Karin melanjutkan sekolahnya hingga lulus.
Dony yang hanya tamatan SMA itu bekerja menjadi Cleaning Service di sebuah perusahaan. Karin yang cantik bekerja sebagai SPG di sebuah mall terkenal di Jakarta.
Kenyataan hidup itu membuat Karin khilaf. Pergaulan Karin dengan kalangan atas membuatnya ingin disetarakan dengan kaum-kaum sosialita yang hidup glamour.
Karin lupa bahwa dirinya hanya seorang ibu dan istri dari seorang pria dengan penghasilan pas-pasan. Sebenarnya Rita agak kurang sreg menjadi kuasa hukum Karin mengingat alasan Karin meminta cerai dari suaminya karena ia tak mau hidup susah.
Karin merasa mampu membayar jasa lawyer. Ia langsung memberikan uang tunai belasan juta asalkan ia bisa lepas dari Dony.
Menurut Rita, Karin mendapatkan uang itu dari Om Har, pria paruh baya yang tajir dan mapan. Om Har sangat menyukai Karin. Karin yang tinggi semampai dengan rambut panjang terurai itu begitu menarik hati Om Har. Om Har seorang pejabat di sebuah Kementerian dan (katanya) calon Menteri.
Karin mengenal Om Har berkat perantara teman sosialitanya. Apapun keinginan Karin, selalu ia penuhi. Sejak dekat dengan Om Har, sebuah Mercedez-Benz mewah seringkali datang antar jemput Karin.
Penampilan Karin mendadak berubah. Kesehariannya hanya bolak balik perawatan tubuh di salon. Mulai dari perawatan kuku hingga rambut Karin semuanya ditanggung Om Har. Saat Rita janji bertemu Karin, wanita itu ditemani Om Har dengan mobil mewahnya.
Saya sempat menyaksikan kemesraan Karin dan Om Har saat mereka mampir ke kantor saya menjemput Rita yang kebetulan saat itu ada meeting dengan saya. Om Har masih tampak bugar. Penampilannya necis tak bisa dipungkiri ia memang seorang pria berkantong tebal. Saat Om Har melintas di depan meja saya, aroma parfumnya itu, wow! Om Har memanggil Karin dengan sebutan ‘mama’. Begitu pula sebaliknya.
Karin memanggil Om Har ‘papa’. Sebenarnya Rita merasa jengah berada di tengah mereka. Rita termasuk pengacara yang idealis.
Sedapat mungkin ia menginginkan kliennya agar kembali rujuk dengan pasangannya. Namun Karin merasa Rita terlalu ‘cerewet’ mengurusi kehidupan pribadinya. Saran Rita agar Karin mempertimbangkan kembali keputusannya untuk bercerai tak digubris Karin.
Atas permintaan pimpinannya, dengan berat hati Rita mengurus gugatan cerai Karin. Proses itu memakan waktu cukup lama mengingat Dony tak pernah hadir di persidangan. Dony tegas-tegas menolak menceraikan Karin.
Rita merasa perlu untuk bernegosiasi dengan Dony membahas permintaan Karin itu. Karin mengaku bahwa ia memang menjadi simpanan Om Har. Alasan cerainya ternyata juga dipicu oleh permintaan Om Har. Om Har ingin memiliki Karin seutuhnya. Namun yang disesalkan adalah Om Har tidak mau memperistri Karin mengingat posisi dan nama baiknya.
Karin hanya dijadikan pemuas nafsu dan hasrat Om Har kapanpun ia membutuhkan. Karin juga mengaku ia takkan mau diperistri Om Har. Ia tak mau hidup terikat dengan Om Har.
Namun sejauh ini Karin menikmati hidupnya sebagai wanita simpanan Om Har. Ia tak perlu capek-capek mencari uang untuk menghidupi dirinya. Om Har layaknya kran uang bagi Karin. Pekerjaan Karin sebagai SPG hanya untuk mengisi kekosongan waktunya saja.
Belakangan diketahui bahwa ternyata Karin juga memiliki pacar yang lain. Wanita seperti Karin di jaman sekarang ini banyak kita temui. Bila ada yang berpendapat menjadi wanita simpanan seperti Karin ini adalah takdir atau nasib, saya tidak sependapat.
Menurut saya, menjadi wanita simpanan adalah pilihan hidup mereka di antara alternatif keputusan lain yang masih bisa mereka pilih. Sejujurnya mereka bisa memilih pria lajang yang hidupnya tak kalah mapan, mengapa pula harus memilih menjadi simpanan suami orang?
Sebagian besar wanita simpanan mengaku bahwa mereka sengaja memilih hidup sebagai selingkuhan pria kaya yang telah menikah. Pilihan tersebut semata-mata karena faktor ekonomi.
Di Koran pemerintah China, Shanghai Daily, mengungkap banyak wanita simpanan mengaku mendapat jatah bulanan hingga 45 juta Rupiah, selain mobil, apartemen, dan taburan hadiah mewah lainnya. Mayoritas berpendapat, mereka tak perlu lelah bekerja, karena para kekasih mereka lah yang akan menggaji mereka dengan bayaran tinggi.
Bila ada wanita simpanan yang akhirnya dinikahi oleh kekasihnya, apakah mereka merasakan kebahagiaan yang hakiki sebagai seorang istri? Kebahagiaan mereka semu. Mengapa saya katakan demikian? Karena niat mereka semula menjadi wanita simpanan, mayoritas wanita itu hanya mengejar kemapanan semata.
Gaya hidup konsumerisme telah tertanam kuat. Apa boleh buat, demi mengejar kesenangan duniawi dengan limpahan materi, menjadi wanita simpanan om-om senang pun tak mengapa asalkan bisa terpenuhi segala apa yang mereka inginkan.
Keputusan menjadi wanita simpanan atau pada akhirnya menjadi istri yang dinikahi secara diam-diam, namun tetap saja statusnya tetap disimpan untuk waktu yang tidak ketahui sampai kapan. Bila mereka berdalih atas nama cinta seberapa besar kadar cinta itu dibandingkan dengan tujuan mereka mendapatkan materi berlimpah dengan cara mudah.
Untuk seorang wanita simpanan, cinta merupakan kehidupan kedua yang belum tentu selalu membahagiakan meskipun katakanlah mereka saling menyayangi.
Terutama saat hari Raya, keinginan untuk berkumpul bersama suami hanyalah sebatas angan. Di hari yang membahagiakan tersebut, suami justru tengah berkumpul dengan keluarga sebenarnya. Sedangkan istri simpanan nyaris terlupakan.
Menurut seorang psikolog Diamond Psikis, Maria Magdalena S.Pi, sangat jarang pria yang serius menjalani cinta dengan wanita simpanan, karena wanita simpanan hanya dijadikan tempat persinggahan dan tempat mengadu jika timbul masalah dalam rumah tangganya.
Terlebih untuk menjadikan wanita simpanan nyata di hadapan keluarga, hal itu hanya mimpi. Wanita simpanan tetaplah simpanan dan tidak pernah menjadi nyata, meskipun sudah dinikahi oleh sang suami. Hal ini tentu berbeda dengan pria yang rumah tangganya sedang di ambang kehancuran.
Pria ini akan mencari wanita kedua untuk bisa menggantikan posisi wanita pertama (istrinya). Ini menjadi alasan yang sangat tepat jika ingin mencari kedamaian dengan yang kedua namun rela meninggalkan yang pertama.
Menjadi wanita simpanan bukanlah sebuah nasib atau takdir. Seorang wanita bisa menghindari nasib menjadi wanita simpanan dengan memulai hidup mereka menjadi wanita lajang aktif dan tidak bergantung dengan seorang pria.
Kita memang tak pernah tahu cinta itu akan jatuh kepada siapa, namun seorang wanita bisa memilih pasangan hidupnya dengan tidak mencoba jatuh cinta atau menaruh hati dengan pria yang jelas-jelas memiliki istri.
Masih banyak kesempatan bagi anda membuka diri dengan pria yang masih lajang dan tidak terikat hubungan dengan siapapun.
Sebagai wanita, tentu anda bisa membayangkan bagaimana perasaan anda mendapati pasangan anda tengah berselingkuh, hal itu tentu sangat menyakitkan. Teguhlah pada prinsip bahwa menjadi simpanan bukanlah status yang baik.
Tetaplah berdoa, yakinlah bahwa Tuhan akan mempertemukan wanita yang baik dengan pria yang baik.
sumber: http://www.kompasiana.com/ella_zulaeha/menjadi-wanita-simpanan-nasib-ataukah-pilihan-hidup_550da5a58133116c2cb1e47a
0 Response to "KISAH NYATA......!!!! SEORANG WANITA JADI ISTRI SIMPANAN "
Posting Komentar